Rabu, 09 April 2014

Mengais Masa Lalu @Dwitasari

Kamu selalu mengajariku mengais masa lalu.
Memaksaku untuk menyentuh kembali kenangan.
Terdampar dalam bayang-bayang yg kau gurat secara sengaja.
Seakan-akan sosokmu nyata.
Menjelma sebagai pahlawan kesiangan yg merusak kebahagiaan
Dalam kenangan kau seret aku perlahan.
Menuju masa yg seharusnya kulupakan.
Hingga aku kelelahan.
Hingga aku sadar, bahwa aku sedang di permainkan.
Inikah caramu menyakitiku?
Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku?
Apa dengan melihat tangisku itu berarti bahagia utkmu?
Apa dengan menorehkan luka dihatiku, berarti kemenangan bagimu?
Siapa aku dimatamu?
Hingga begitu sulit melepaskan aku dari jeratanmu.
Apakah boneka kecilmu ini dilarang untuk bahagia?
Apakah wayang yang sering kau mainkan ini dilarang untuk mencari kebebasan?
Mengapa kau selalu perlakukan aku seperti mainan?
Kapan kau ajari aku kebebasan?
Ajari aku caranya melupakan. Meniadakan segala kecemasan, meniadakan segala kenangan.
Nyatanya derai airmataku hanya disebabkan olehmau.
Ajari aku caranya melupakan. Sehingga aku lupa caranya menangis.
Sehingga aku lupa caranya meratap. Karena aku selalu kenal air mata.
Aku hanya ingin tertawa.
Sehingga hati aku, mati rasa akan luka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar