Great Imagination Of Zely
Minggu, 10 Mei 2015
Kembar Dempet 👻👻👻
Kusebut dia eonnie chan...krna saya gak punya saudara cewe dan takdir kita Hampir sama makanya tingkat konek kami nyaris 100%. Faktor sakit ❤ awal mulanya kami jadi twinsss 😂😂😂
I love ya oen-eon, smoga yaa besok-besok kita temukan jalan hidup yang labelnya BAHAGIA aamiin
Rabu, 08 Oktober 2014
Apa kabar langit yang pernah dicita-citakan bersama?
Kamu tahu bagaimana aku mengagumi langit, setiap saat bersamamu setiap saat pula aku memintamu berhenti menengadah melihat luasnya, birunya, bahkan ketika langit gelap. Kita selalu memimpikan suatu ketika bisa berada di tengah luas dan birunya kuasa Tuhan itu.
kamu tahu, aku sudah mewujudkannya, berada disana [Tanpamu]!!! tidak hanya menengadah lagi~
Aku sangat ingin bercerita tentang langitku yang pertama, dan kapan aku bisa menikmati kuasa Tuhan itu [Denganmu]...?
Minggu, 20 April 2014
Dwitasari :): Bisakah Kaubayangkan Rasanya jadi Aku?
Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum
tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu,
kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam.
Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam.
Jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang, itulah
proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Proses yang
panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu; aku tahu suatu saat
nanti kita bisa berada di status yang lebih spesial. Aku terlalu penasaran
ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku
mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu
bahagia.... dulu.
Aku sudah berharap lebih. Kugantungkan harapanku padamu.
Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak
kaugubris. Kamu di sampingku, tapi getaran yang kuciptakan seakan tak
benar-benar kaurasakan. Kamu berada di dekatku, namun segala perhatianku
seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? Bukankah
kata teman-temanmu, kamu adalah perenung yang seringkali menangis ketika
memikirkan sesuatu yang begitu dalam? Temanmu bilang, kamu melankolis, senang
memendam, dan enggan bertindak banyak. Kamu lebih senang menunggu. Benarkah
kamu memang menunggu? Apalagi yang kautunggu jika kausudah tahu bahwa aku
mencintaimu?
“Belajar Melepaskan #Dwitasari :")”
Kamu mengenalkan namamu begitu saja, uluran tanganmu dan suara
lembutmu berlalu tanpa pernah kuingat-ingat. Awalnya, semua berjalan sederhana.
Kita bercanda, kita tertawa, dan kita membicarakan hal-hal manis; walaupun
segala percakapan itu hanya tercipta melalui pesan singkat— BBM. Perhatian yang
mengalir darimu dan pembicara manis kala itu hanya kuanggap sebagai hal yang
tak perlu dimaknai dengan luar biasa.
Kehadiranmu membawa perasaan lain. Hal berbeda yang kamu
tawarkan padaku turut membuka mata dan hatiku dengan lebar. Aku tak sadar,
bahwa kamu datang memberi perasaan aneh. Ada yang hilang jika sehari saja kamu
tak menyapaku melalui dentingan chat BBM. Setiap hari ada saja topik menarik
yang kita bicarakan, sampai pada akhirnya kita berbicara hal paling menyentuh;
cinta.
Kamu bercerita tentang mantan kekasihmu dan aku bisa merasakan
perasaan yang kaurasakan. Aku berusaha memahami kerinduanmu akan perhatian
seorang wanita. Sebenarnya, aku sudah memberi perhatian itu tanpa kauketahui.
Mungkinkah perhatianku yang sering kuberikan tak benar-benar terasa olehmu? Aku
mendengar ceritamu lagi. Hatiku bertanya-tanya, seorang pria hanya
menceritakan perasaannya pada wanita yang dianggap dekat.
Aku bergejolak dan menaruh harap. Apakah kausudah menganggap aku
sebagai wanita spesial meskipun kita tak memiliki status dan kejelasan?
Senyumku mengembang dalam diam, segalanya tetap berjalan begitu saja, tanpa
kusadari bahwa cinta mulai menyeretku ke arah yang mungkin saja tak kuinginkan.
Saat bertemu, kita tak pernah bicara banyak. Hanya sesekali
menatap dan tersenyum penuh arti. Ketika berbicara di BBM, kita begitu
bersemangat, aku bisa merasakan semangat itu melalui tulisanmu. Sungguh, aku
masih tak percaya segalanya bisa berjalan secepat dan sekuat ini. Aku terus
meyakinkan diriku sendiri, bahwa ini bukan cinta. Ini hanya ketertarikan sesaat
karena aku merasakan sesuatu yang baru dalam hadirmu. Aku berusaha memercayai
bahwa perhatianmu, candaanmu, dan caramu mengungkapkan pikiranmu adalah dasar
nyata pertemanan kita. Ya, sebatas teman, aku tak berhak mengharapkan sesuatu
yang lebih.
Aku tak pernah ingin mengingat kenangan sendirian. Aku juga tak
ingin merasakan sakit sendirian. Tapi, nyatanya....
Perasaanku tumbuh semakin pesat, bahkan tak lagi terkendalikan.
Siapakah yang bisa mengendalikan perasaan? Siapakah yang bisa menebak perasaan
cinta bisa jatuh pada orang yang tepat ataupun salah? Aku tidak sepandai dan
secerdas itu. Aku hanya manusia biasa yang merasakan kenyamanan dalam hadirmu.
Aku hanya wanita yang takut kehilangan seseorang yang tak pernah aku miliki.
Salahku memang jika mengartikan tindakanmu sebagai cinta. Tapi,
aku juga tak salah bukan jika berharap bahwa kamu juga punya perasaan yang
sama? Kamu sudah jadi sebab tawa dan senyumku, aku percaya kautak mungkin
membuatku sedih dan kamu tak akan jadi sebab air mataku. Aku percaya kamulah
kebahagiaan baru yang akan memberiku sinar paling terang. Aku sangat
memercayaimu, sangat! Dan, itulah kebodohan yang harus kusesali.
Ternyata, ketakutanku terjawab sudah, kamu menjauhiku tanpa alasan
yang jelas. Kamu pergi tanpa ucapan pisah dan pamit. Aku terpukul dengan
keputusan yang tak kausampaikan padaku, tapi pantaskah aku marah? Aku tak
pernah jadi siapa-siapa bagimu, mungkin aku hanya persinggahan; bukan tujuan.
Kalau kauingin tahu, aku sudah merancang berbagai mimpi indah yang ingin
kuwujudkan bersamamu. Mungkin, suatu saat nanti, jika Tuhan izinkan, aku
percaya kita pasti bisa saling membahagiakan.
Aku tak punya hak untuk memintamu kembali, juga tak punya
wewenang untuk memintamu segera pulang. Masih adakah yang perlu kupaksakan jika
bagimu aku tak pernah jadi tujuan? Tidak munafik, aku merasa kehilangan. Dulu,
aku terbiasa dengan candaan dan perhatian kecilmu, namun segalanya tiba-tiba
hilang menguap, bagai asap rokok yang hilang ditelan gelapnya malam.
Sesungguhnya, ini juga salahku, yang bertahan dalam diam
meskipun aku punya perasaan yang lebih dalam dan kuat. Ini bukan salahmu, juga
bukan kesalahannya. Tapi, tak mungkin matamu terlalu buta dan hatimu terlalu
cacat untuk tahu bahwa aku mencintaimu.
“Aku harus belajar tak peduli. Aku harus belajar memaafkan, juga
merelakan”
Jumat, 18 April 2014
Saat hujan l tere liye
Berteriaklah
di depan air terjun tinggi,
berdebam
suaranya memekakkan telinga
agar
tidak ada yang tahu kau sedang berteriak
Berlarilah
di tengah padang ilalang tinggi,
pucuk2nya
lebih tinggi dari kepala
agar
tidak ada yang tahu kau sedang berlari
Termenunglah
di tengah senyapnya pagi,
yang
kicau burung pun hilang entah kemana
agar
tidak ada yang tahu kau sedang termangu
Dan,
menangislah saat hujan,
ketika
air membasuh wajah
agar
tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan
Perasaan
adalah perasaan,
Tidak
kita bagikan dia tetap perasaan
Tidak
kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak
berkurang satu helai pun nilainya
Tidak
hilang satu daun pun dari tangkainya
Perasaan
adalah perasaan,
Hidup
bersamanya bukan kemalangan,
Hei,
bukankah dia memberikan kesadaran
betapa
indahnya dunia ini?
Hanya
orang2 terbaiklah yang akan menerima kabar baik
Hanya
orang2 bersabarlah yang akan menerima hadiah indah
Menangislah
saat hujan,
ketika
air membasuh wajah
agar
tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan
Langganan:
Postingan (Atom)